Kamis, 12 November 2015

Pagi Ini , Hampir Sendu (2)

Seperti biasa, rutinitas saat pagi adalah bangun dan bersiap untuk berangkat kerja. Kerja, rutinitas yang mengikat, mengharuskan tepat waktu, demi mengerjakan jajaran tugas2 yang tentunya cukup melelahkan mata. Setelah mandi, aku menyempatkan diri berkaca membenarkan kerudung. 
Di depan kaca aku sempat melihat ayah keluar kamar dan duduk di kursi ruang tamu. Dari sudut mata, aku dapat melihat tubuhnya yang kini tak segagah dulu menggunakan kaos dan celana pendek seadanya duduk di kursi dengan meluruskan kakinya, sesekali beliau memijat sendiri kaki bagian betisnya. Aku tahu, ayah bukan orang yang mudah mengeluh, beliau tak berkata sepatah kata pun meski aku yakin beliau merasakan sesuatu di kakinya.
Ayah, sepertinya baru kemarin aku berada di gendonganmu saat mengantuk. Sepertinya baru kemarin engkau mengantarku masuk sekolah untuk pertama kalinya. Sepertinya baru kemarin aku selalu merengek meminta sesuatu padamu. Kini, seolah aku belum bisa membalas semuanya, ketika tubuhmu yang mulai ringkih, kerut-kerut di dahi yang mulai banyak bermunculan, dan rambut-rambut putih menghiasi kepalamu ayah....
Ayah, aku mencintaimu..... 
Kini kusadari, sebenar-benarnya sosok pahlawan adalah seorang ayah.......

Ayah......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar