Sabtu, 31 Desember 2011

Happy Bornday Mama..

Hari terakhir di 2011. Menjelang tahun baru sepertinya memang spesial untuk saya, selain akan meninggalkan tahun yang sebelumnya, dengan semua pelajaran yang telah didapat, ada juga kecemasan-kecemasan dan harapan untuk tahun-tahun yang akan. Hari ini juga spesial bagi saya karena ibu saya berulang tahun. Harapan-harapan atas bertambahnya umur ibu selalu terucap, semoga bisa selalu membahagiakannya. Ibu akan selalu menjadi malaikat penolong bagi anak-anaknya, meski gurat-gurat di dahi dan bintik hitam bertambah tergerus waktu, semoga saya akan bisa menjadi apa yang ada di do'a beliau...
Happy birthday mama, may Allah always protect you, guaranted your pray. Long life, hope i can always make you happy. I will always try to be what you want.. I love you so much mama...
*happy birthday mama, and happy new year...
this day, my sister's birthday too,, wish you all the best mbak.. :*
and finnaly we have an idea to my mom and my sister's bday, also for new year eve.. 

Kamis, 29 Desember 2011

Iseng-iseng Senyum

Ketika jam sudah menunjukkan waktu-waktu memejamkan mata, sesekali atau bahkan sering mata ini tak kunjung terpejam. iseng-iseng membuka smartphone milik saya. Karena bosan dgn segala aktivitas yang bisa dilakukan di hp saya, dan kebetulan seseorang baru saja memposting sesuatu pada blognya, kontan tangan saya iseng meng klik link yang muncul di layar. Membuka dan membaca-baca buah pikirannya, deret kata-katanya, sektika senyum mengembang. Selalu ada idiolek (bisa dibilang gaya bahasa, intonasi, gaya bicara yang khas yang dimiliki setiap orang, dan berbeda-beda) yang bisa terbayang ketika membaca blog seseorang. Seperti biasa, kata-kata khas dan gaya tulisan yang khas di blog yang saya baca kali ini begitu mengesankan, bahkan saya bisa membayangkan wajahnya. Nice, simply, tapi ia tipe penulis yang pintar, berpengetahuan luas, ya begitulah. And as always, i like everything about him....

Selasa, 27 Desember 2011

9.10.11 My Graduation Day..

Yeaaaahh... Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah, setelah menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga jurusan Sastra Indonesia selama sekitar 4 tahun, akhirnya saya LULUS. (meski postingan ini absolutely terlambat). Berikut cuplikan kata pengantar skripsi saya:
" Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa membantu, mendukung, dan menjadi inspirasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


  1. Drs. Aribowo, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga;
  2. Dra. Dwi Handayani, M.Hum., selaku ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga;
  3. Moh. Jalal, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar menuntun dan membimbing penulis, memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
  4. Drs. Tubijono, M.Si., selaku dosen wali yang selalu memberikan segala saran bagi penulis;
  5. Bapak Arif dan Ibu Emil, kedua orang tua saya. Terima kasih untuk setiap doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan untuk kesuksesan penulis. Terima kasih untuk kasih sayang, motivasi, dan pelajaran hidup yang telah diberikan kepada penulis;
  6. Kakak-kakak saya, mbak Dhany, mbak Luluk, mbak Sulis. Terima kasih atas segala cinta kasih, bantuan dan dukungan untuk adek. Kalian adalah kakak-kakak terbaik. Serta alm. adikku Rika, yang telah berbahagia di sana;
  7. Mas Bramantio, atas segala saran dan sindiran untuk segera menyelesaikan skripsi ini;
  8. Sahabat-sahabat saya, Ina, Vian, Nia, Afhy, Lendra, Danny, Mita, Anyak. Terima kasih untuk setiap canda tawa dan semangat yang telah kalian berikan;
  9. Sepupu-sepupu, Acied, Rizka, Awien, Rena, Angga dan keluarga besar Moh. Takroen, yang selalu berkenan untuk berbagi canda tawa dan keluh kesah, serta dukungan yang diberikan untuk penulis;
  10.  Seluruh dosen Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama perkuliahan: Pak Lis, Pak Luita, Pak Edi Jauhari, Pak Edi Sugiri, Bu Bea, Pak Puji, Bu Adi, Pak Putera, Pak Ali, Bu Ratna, Pak Heru, Bu Ratih, Bu Sutji, Bu Ida;
  11. Teman-teman SASINDO 2007, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu;
  12. Mbak Fani, Bu Siti, Mbak Asti, seluruh karyawan serta staf civitas akademika Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga;" hehe :p

Nothing. Just post a photo. Edited by me.


           kali ini mengedit karena pesanan sodara yang ingin mengabadikan sms, YM, dan twitter dr sang kekasih, hanya untuk mengingat saat-saat ‘good morning” atau “nite..” Yah, tapi paling tidak sempat mengingatkan saya pada cuplikan lirik lagu Westlife “You are my very first though in the morning, and my last at night fall” Semoga kisah cinta mereka indah....

Me Miss Y

Embun-embun harapan itu kini tak ada lagi
Secercah pun, dari cerita hidup
Menunggu selengkung dari delima memerah
Selayak panah hati

Kuning jelas memanggil
Pada yang menetes di pelipis
Namun ketika itu tak pernah mengusik
Pada cerianya sebentuk tawa

Kini yang biru seakan meratap
Kepada jingganya senja
Sepotong kata, sepenggal sapa sungguh terabaikan
Oleh yang indah

Mengerikan..
Menunggu, memandang, sekejap
Seperti hilang, beradu di malam sendu
Aku rindu!

Sabtu, 24 Desember 2011

#V. Pesona Wanita Jawa dalam Wajah Oriental


Kali ini saya benar-benar ingin menggambarkan seseorang dengan detail. Oke, pertama-tama bayangkan tentang seorang wanita bertubuh langsing (bukan kurus), cukup tinggi, berkulit putih dan bermata sipit, mukanya sejenis oriental, terdapat tahi lalat di sekitar mukanya, berambut hitam panjang lurus. Meski sipit, matanya menyiratkan keyakinan, kadang juga sedikit menantang, namun sesekali iba. Bagaimanapun, tak mudah membaca mata wanita satu ini. Namanya #V, bukan Cuma satu huruf, tapi itu inisial namanya. Menengok satu huruf itu saja pasti kita berpikir, sedikit unik. Bukan hanya nama panggilan itu yang unik (kadang aku berpikir itu nama lelaki). Bahkan setiap detail namanya memiliki arti.
Saya mengenalnya semenjak semester awal masuk kuliah. Wajahnya membuat saya menilai dirinya sombong dan tidak rendah hati, jail, menyebalkan. Namun, sungguh tanpa diduga, ia adalah seseorang yang rumit, menurut saya. Kadang terkesan dia ingin menjadi pemenang, kadang mengalah, kadang merasa dirinya terhebat, kadang sama sekali tak percaya diri. Terlepas dari itu semua, saya memutuskan untuk menyimpulkan bahwa dirinya memiliki aura yang begitu besar, menyimpan kecantikan dari dalam, kecerdasan dalam otak seorang wanita biasa saja.
Dia bukan wanita tercantik, bukan wanita modis, bukan wanita yang luar biasa pintar di kelas. Dia cerdas (menurut saya definisi pintar dan cerdas jauh berbeda), dan siapa sangka wanita berwajah oriental ini berasal dari Jawa tulen. Seseorang yang mengerti dan mempelajari tentang primbon, weton, dan sebagainya dalam budaya Jawa. Seorang wanita yang rela berlama-lama mendalami naskah-naskah lama demi ketertarikannya akan budaya Jawa. Wanita yang rela berlama-lama menunggu di sebuah danau demi menyaksikan suatu ritual malam 1 Muharram. Dan seorang wanita yang masih mengingat detail pujian-pujian kepada Gusti Alloh dalam bahasa Jawa. It’s awesome, bagi saya.
 Entah mengapa, ketertarikannya pada hal-hal itu membawa saya percaya bahwa dirinya memang memiliki kemampuan khusus. Banyak sekali kisah-kisah yang membuat saya percaya akan hal itu, baik, semisal ketika ia mengatakan suatu hal yang begitu saja iseng keluar dari mulutnya, maka tanpa diduga hal itu benar terjadi. Yah, selain itu sepertinya ia pintar membaca mata saya (atau memang saya yang tidak bisa menyembunyikan rasa apapun dari mata saya?).
Baiklah, kita memasuki hal terpenting dalam dirinya. Menurut saya, ia adalah pendengar yang baik. Penasihat yang tidak memaksa, pembaca yang memiliki empati dan perangkai kata yang dalam maknanya. That’s all. Kira-kira begini cuplikan kata yang paling mengena menurut saya:
“Kalo dia marah, berarti masih peduli. Tapi kalo sudah cuek, jangan harap lebih.”
“Puncak cinta paling sakral adalah diam-diam mendoakannya mendapat yang terbaik, walau kita tak memiliki.”
Aku tau perasaanmu, dan dalemnya rasamu itu bisa lebih bergetar dari sekadar harapan-harapan pada kata. Diammu, cintamu.”
Itulah mengapa, seolah saya tak pernah salah menyebutnya mempesona. Bukan hanya diri saya, menurut saya tak sedikit lelaki yang menyukainya. Dari sorot matanya mungkin, atau dari genit senyumnya, hmm... entah. Yang pasti semua itu membuat saya lebih lega ketika berbagi dengannya.
Oke, this is our photos. Bisa menebak kan? Yang mana 'dia' dalam foto itu..

Menghadapi Kesederhanaannya


This post is dedicated to you, someone that never been forgotten ...
Bermula beberapa tahun yang lalu, saya mengenalnya dan begitulah seharusnya. Saya memang harus mengenalnya. Sederhana, dimulai dari sepotong kata, sepenggal senyum, sekilas pandang. Kesederhanaan yang apa adanya, sesederhana senyum manisnya, pemikiran yang dalam namun terkesan simple, dan lain-lain.
Kisah ini dimulai ketika saya mengirimkan selarik pesan, yang isinya cukup serius. Kali ini tak terbalas, entah memang dirinya yang enggan membalas, atau memang pesan ini tak terkirim hingga tak terbaca olehnya. Entah mengapa, saya selalu bisa merangkai kata, mencipta kisah dalam khayal saya bersama dirinya. Beberapa saat setelah kejadian pesan yang tak terbalas, saya bertemu dengannya, dan percakapan yang dapat saya bayangkan akan seperti ini kira-kira:
“hai...”
“Gimana kerjaan?”
“ooh, ternyata pesan itu sampai?”
“iya, dan memang sengaja ga kubalas.”
(senyum)
“Terus? Gimana akhirnya?”
“Emm.. i’m out. Sebenarnya nyesel juga ngambil keputusan itu. Tapi nurutin kata hati lah yaa, ga betah. Bukan bidangku sama skali.”
“ooh, ngapain nyesel, kalo ga betah ya ga betah aja. Ga enak juga kan kerja dalan tekanan, ga sesuai dengan hati. Kalo ak sih mending ga kerja kalo gitu.”
“Hmm,, oke. Anyway makin eksis yah, uuuuh... takut disenewenin nih ma fans-fans kamu...”
“Yah, begitulah. Semua orang kan punya rasa sama ak?” (lalu melipir pergi)
(bengong)
Nah, sederhana. Bahkan percakapan ketika bertemu pun tak pernah panjang. Sangat singkat, sederhana, namun kadang penuh makna. As always, itu semua Cuma dalam khayalan, kenyataannya nothing. Percakapan itu tak pernah terjadi. Kesederhanaan yang kadang menjadi senjata dan kekuatannya akan sangat sulit ditembus ketika berhadapan dengannya. Sama sekali tak pernah memiliki alasan kuat untuk melawan argumen-argumennya. That’s why.
Oke. Saya tdk ingin semua beranggapan bahwa saya tdk pernah sama sekali berbicara dengannya, justru karena seringkali pembicaraan kami menyenangkan (menurut saya), saya lebih bisa dengan detail menggambarkan dirinya, termasuk membayangkan percakapan yang akan terjadi seperti di atas. Yah, dan seringkali percakapan saya dengannya berakhir dengan senyum mengembang. Kira-kira seperti ini awal percakapan kita diawal-awal  mengenalnya:
“heii, mas...”
(senyum)
“ikut juga?”
“menurut lo?” (matanya menuju pada ransel besar yang ia bawa)
“oooh....”
“Tapi, kan tadi janjinya jam 8 berangkat, nah ini jam segini belum pada siap. Gimana sih ini panitianya? Dikiranya kalo diundang jam 7 ak bakal dateng jam 8 gitu, ak klo diundang jam 7 ya jam 7 dateng. Sampe’ kepanasan. Nyampe’ sana jam brapa? Jum’atan nya gimana?”

Bla bla bla ....
Sampai pada:

“Eh, sudah pernah liat Final Destination 4?”
“Pernah. Bagus yaa?”
“Hah? Bagus apaan? Film kayak gitu dibilang bagus...”
“Oooh iya, soalnya ak belum sampe’ selesai sih liatnya.”
“Nah kn ketauan, bukan nntn di dvd yah, pasti download, makanya nontonnnya setengah2..”
“Bukan. Itu waktu itu nontonnya di rumah sodara, jd ga bisa lanjut gara2 rame.”
“Mau tau akhirnya?”
“Gimana?”
“Matek kabeh (mati semua)”
Hhahahahahaha....

Kira-kira seperti itulah percakapan dengannya, selalu seperti itu. Hingga kini...
Dibalik segala kesederhanaan sikapnya, atau lebih tepatnya idealis, menurut saya. Dia bisa menjadi seseorang yang rumit ketika berada dalam carut marut pemikirannya. Pemikiran yang menghadirkan analisa sedetail mungkin. Merangkaikan kata-kata yang rumit, seolah tak pernah terpikirkan oleh saya. Bingung, harus menyebutnya apa, seseorang yang pintar, cerdas, hebat, atau apa. Yang pasti pada kenyataannya tulisan dan pemikirannya sering membuat bibir tanpa sadar berdecak kagum. Sayang, saya tidak dapat menghadirkan cuplikan-cuplikan tulisannya di sini. Hm.. saya akui, dia guru kehidupan yang baik (mungkin sedikit lebai), tapi benar, saya lebih banyak tau makna kehidupan semenjak mengenalnya, (bukan berarti dia satu-satunya yang mengajarkan makna hidup kepada saya) dan mungkin saya bisa menulis seperti ini juga belajar dari dirinya.
Kadang ketika mengingat-ingat semuanya suka senyum sendiri....
*God, always bless and protect him, wherever.. i know You will give the best for him..

I Find The Paradise


“Eh awas, banyak anjing liar di sini...”
“Iyaa, biarinlah, ngantuk.”
“Istirahat dululah, sebentar lagi juga sampai...”
“oooaaaahhhm, ngantuk! Aku tidur di dalam ya..”
“Iya, aku di sini, beralaskan tikar...”
“Semoga ga hujan!”
Kemudian beberapa saat setelah itu gerimis turun.
Itulah ramainya ketika kita berkumpul. Bayangan tentang kenangan ketika kita bersama begitu melekat di kepala saya. Oke, itu adalah sepenggal kisah ketika saya dan keluarga sedang berada di tengah perjalanan ke Bali, karena tak kuat lagi menahan kantuk dan tak ada yang sanggup menyetir dalam keadaan kantuk maka kami memutuskan berhenti di pom bensin (keadaan pom kebetulan kurang bagus) dan tidur beralaskan tikar dan beratap pintu bagasi yang sengaja kami buka.
Hmm.. Let me tell you more...
Pernahkah membayangkan liburan dengan satu mobil berisi 12 orang?
Pernahkah membayangkan berlibur ke luar kota hanya untuk mencari sebuah penginapan dengan membawa bekal alat pembakaran sate, beberapa tusuk sate mentah dr rumah demi mencari suasana baru ketika makan namun dgn sedikit biaya?
Pernahkah membayangkan mencari 10 porsi makan malam dengan uang 30 ribu rupiah?
But we did it. Yes, we can! And very happy...
Kami adalah keluarga sederhana, dengan keceriaan kami, kami mampu menciptakan keharmonisan, keseruan-keseruan yang tak mudah dilupakan. Bagi kami, kebersamaan adalah segalanya, tek perlu muluk-muluk, kami tau apa yang harus kami lakukan dengan apa yang kami miliki. Saya begitu bangga dan bahagia menjadi bagian dari keluarga ini, hal ini mengingatka saya pada cuplikan kata-kata yang diucapkan seorang tokoh utama di akhir film The Beach:
Of course you could never forget what we have done, but we adapt. We carry on. And me? I still believe in paradise. But now at least i’ll know i’ts not some place you can look for because it’s not where you go. It’s how you feel for a moment in your life when you’re part of something. And if you find that moment... it lasts forever. Richard- The Beach
Kutipan itu membicarakan tentang surga, sebenarnya bukan sebuah tempat yang bisa kamu cari, tempat kemana kita pergi, melainkan sebuah rasa bahagia dan segalanya ketika kita menjadi bagian dari sesuatu, ketika kamu menemukan itu, maka itu untuk selamanya. Yeaah, dan saya menemukannya dalam rasa bahagia telah menjadi bagian dari keluarga ini. I Love my family and it lasts forever....