Kamis, 25 Juni 2015

(Jatuh) di Pelupuk Matamu

Kamu adalah lagu-lagu indah ditengah hari
Kamu adalah lengkung di sudut bibir ditengah senja
Kamu adalah bintang-bintang mimpi ditengah gelapnya malam

Candi bagi angan-angan yang melayang
Magnet bagi ekor mata yang mengikuti wajahmu

Melihat punggungmu berhiaskan tas punggung sempat membuatku khawatir..
Aku takut kamu pergi, padahal tak pernah aku mengenalmu........

Kamis, 11 Juni 2015

Pagi Ini, Hampir Sendu

pagi ini, kubuka mataku ketika matahari masih malu-malu menampakkan dirinya. pagi ini, yang pertama kulihat adalah kecantikan ibuku setelah menorehkan pewarna pada bibir indahnya, kerut wajahnya yang sedikit tersamarkan oleh bedak, dan garis alisnya yang tertoreh rapih. tak seperti biasanya, semalam ibuku menyempatkan memasak demi aku membawa bekal bekerja pagi ini. pagi ini, semuanya telah siap. kusapa ibuku,
"mau kemana?"
"ke puskesmas, antarkan ibu dulu..."
dengan melenggang ke kamar mandi, aku mengangguk setuju. karena kami hanya hidup sederhana, kami mengikuti program pemerintah yang mengharuskan kami mngikuti prosedur ini itu, sehingga hanya pada tingkat puskesmas dahulu kami berobat.

kulihat jarum jam yang panjang sudah melewati angka 12, itu artinya kini sudah pukul 7 lebih, dan setengah jam lagi adalah jam masuk kantor. dengan tergesa aku bersiap dan segera menaiki motor.
kemudian,
"ada uang 5000? ibu harus pulang naik angkot."
dengan tergesa aku menjawab, "uangku sudah habis, hampir tak cukup untuk bulan ini."
tak ada jawaban lagi dari ibu, kami pun segera berangkat.

sampai di perempatan dekat puskesmas, ibuku berkata,
"sudah jam berapa? tidak terlambat kamu mengantar ibu dulu?'
aku hanya menggelengkan kepala.
"ibu turun saja disini, jalan sedikit tak apalah."
"jangan bu, biar kuantar sampai depan puskesmas."

lampu mendadak hijau, aku mulai melaju. hingga sampai di depan puskesmas.
"sudah, cepat berangkat, nanti terlambat."
"ibu jadi minta uang?"
"5000 saja, untuk naik angkot"
saat itu kebetulan tak ada lagi uang kecil selain selembar 20000an di dompetku.
"hanya ada ini bu.."
"jangan, bawa saja, ibu ada uang"
"brapa bu?"
ibu mengeluarkan dua lembar uang dari kantongnya, selembar 1000an dan selembar lagi 2000an.
"itu tidak cukup bu, bawa saja uang ini."
"lalu kamu bagaimana?"
"begini saja, mana uang ibu, kutukar dengan ini."
lalu kami pun bertukar uang, langsung saja aku pamit, kulihat jam sudah hampir setengah delapan.

pagi ini, hampir sendu.
kuingat kembali peristiwa tadi.
kubukan bekal makanan dari ibuku.
ibuku tercinta.....

Rabu, 10 Juni 2015

Ketika rindu telah menjadi candu...

aku benci....
merindukan semerbak tubuhmu ketika terbawa angin
merindukan pemandangan punggunggmu berbalu kemeja bermotif garis-garis tipis...

Aku benci...
menganggapmu adalah sempurna.

Ada lagi, ada lagi yang menyaru wajahmu...
sejauh waktu berjalan, ekor mataku selalu mengikutinya

Bukan, bukan wajah yang menawan.
Bukan kata yang indah memesona.

Bukan itu,

Entah, semua yang ada di dirimu sepertinya sempurna untukku.
Anganku....

Sekali lagi, aku benci rasa ini...

Hanya Rangkaian Kata (Tak Berarti)

Kamu datang lagi. Kali kedua, dengan sejuta pesona yang sempat kau kenalkan pada sepasang netra yang tak sengaja memandangmu. Bentuk tubuh itu, cara berpakaian yang seolah tak ingin sedikitpun melewatkan kerapihan, cara berjalan dan berbicara, senyum itu, dan.... satu lagi, kecerdasan yang seakan hanya kau yang punya. Kamu, hampir sama persis dengannya. Orang yang datang di masa lalu, yang tidak serta merta mudah hilang dalam pikiran. Sama sekali tak bermaksud menyamakan, namun bayangannya begitu saja muncul ketika melihatmu. Salahkah kini jika ada sebersita angan tentangmu??

Jumat, 05 Juni 2015

this is amazing...

Kamu adalah semua kidung riang pagi
yang dapat didendangkan senja, tak tergantikan....

@justHityou



Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggung saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa...



Hanya Isyarat - Rectoverso